Sabtu, 24 Agustus 2013

Bersyukur


Mulai dari Mensyukuri Yang Allah hadirkan Hari Ini

Munajat Para Pensyukur Nikmat

Bismillahir RahmanirRahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Tuhanku
Runtunan karunia-Mu telah melengahkan aku
untuk benar-benar bersyukur pada-Mu
Limpahan anugerah-Mu telah melemahkan aku
untuk menghitung pujian atas-Mu
Iringan ganjaran-Mu telah menyibukkan aku
untuk menyebut kemuliaan-Mu
Rangkaian bantuan-Mu telah melalaikan aku
untuk memperbanyak pujian pada-Mu
Bismillahir RahmanirRahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad.
Tuhanku
Runtunan karunia-Mu telah melengahkan aku
untuk benar-benar bersyukur pada-Mu
Limpahan anugerah-Mu telah melemahkan aku
untuk menghitung pujian atas-Mu
Iringan ganjaran-Mu telah menyibukkan aku
untuk menyebut kemuliaan-Mu
Rangkaian bantuan-Mu telah melalaikan aku
untuk memperbanyak pujian pada-Mu
Inilah tempat orang yang mengakui limpahan nikmat
tetapi membalasnya tanpa terima kasih
yang menyaksikan kelalaian dan kealpaan dirinya
Padahal Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Mahabaik dan Maha Pemurah
Yang tak kan mengecewakan pencari-Nya
Yang tak kan mengusir dari sisi-Nya pendamba-Nya
Di halaman-Mu singgah kafilah pengharap
Di serambi-Mu berhenti dambaan para pencari karunia
Janganlah membalas harapan kami dengan kekecewaan dan keputusasaan
Janganlah menutup kami dengan jubah keprihatinan dan keraguan
Ilahi
Besarnya nikmat-Mu mengecilkan rasa syukurku
Memudar, di samping limpahan anugerah-Mu, puji dan san¬jungku
Karunia-Mu yang berupa cahaya iman menutupku dengan pakaian kebesaran
Curahan anugerah-Mu membungkusku dengan busana kemuliaan
Pemberian-Mu merangkaikan padaku kalung yang tak terpecahkan
dan melingkari leherku dengan untaian yang tak teruraikan
Anugerah-Mu tak terhingga
sehingga kelu lidahku menyebutkannya
Karunia-Mu tak berbilang
sehingga lumpuh akalku memahaminya
apatah lagi menentukan luasnya
Bagaimana mungkin aku berhasil mensyukuri-Mu
karena rasa syukurku pada-Mu memerlukan syukur lagi
Setiap kali aku dapat mengucapkan: Bagi-Mu pujian
saat itu juga aku terdorong mengucapkan: Bagi-Mu pujian
Ilahi
Sebagaimana Engkau makmurkan kami dengan karunia-Mu
dan memelihara kami dengan pemberian-Mu
Sempurnakan bagi kami limpahan nikmat-Mu
Tolakkan dari kami kejelekan azab-Mu
Berikan pada kami, di dunia dan akhirat,
yang paling tinggi dan paling mulia lambat atau segera
Bagi-Mu pujian atas keindahan ujian-Mu dan limpahan kenikmatan-Mu
Bagi-Mu pujian yang selaras dengan ridha-Mu
yang sepadan dengan kebesaran kebajikan-Mu
Wahai Yang Maha Agung, Wahai Yang Maha Pemurah Dengan rakhmat-Mu
Ya Arhamar-Rahimin, Wahai Yang Paling Pengasih dari semua yang mengasihi.[]
Munajat ini adalah munajat keenam dari  munajat-munajat Imam Ali Zainal Abidin (sa), salah seorang cucu Rasulullah saw. (kitab Mafatihul Jinan, kunci-kunci surga)
Ayat dan Hadits Tentang Bersyukur
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLd7oRKVT9YnjWN6rqB5NpLQ0SL94Tc33uy7tZFXDQhl7N_CF6yEnj7kSbePM1WLjfON-Tm2emS10mxOlraqlYbduzCx0SsLoo0sLTMfRCYPlo4l7u8luYFpvnziaVpX6bLSRv9nc3p46o/s1600/al-Quran.jpg-w=450&h=307
Sahabat, marilah kita renungkan dengan qalb (hati) nurani kita dan akal yang jernih ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasulullah saw. tentang Syukur berikut ini:

  • Perintah mensyukuri nikmat Allah
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni’mat)-Ku.(QS. 2:152)
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS. 2:172)
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (QS. 3:123)
“Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. (QS. 29:17)
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS. 34:15)
  • Allah memberi balasan kepada Orang yang Bersyukur
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. 3:144)
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. 3:145)
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. (QS. 4:147)
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. 14:7)
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS.31:12)
“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu.” (QS. 39:7)
“sebagai ni’mat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur, (QS.54:35)
  • Kebanyakan Manusia Tidak Bersyukur
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS.23:78)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. 2:243)
“ kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at). (QS. 7:17)
“Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya).” (QS.27:73)
“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (QS.32:9)
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur. (QS. 34:13)
“Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS. 40:61)
“Katakanlah: “Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (QS. 67:23)
  • Doa Sebagai Tanda Mensyukuri Nikmat Allah
“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat ni’mat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.” (QS. 43:13-14)
  • Doa (Nabi Sulaiman as.) Untuk Tetap Mensyukuri Nikmat Allah
“maka dia (Sulaiman as.) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo’a: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni’mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. 27:19)
  • Allah mengetahui siapa yang bersyukur
“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?” (QS.6:53)
  • Hadits dan Wasiat Ulama Akhlak Tentang Syukur
“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.” (HR. Ath-Thabrani)
“Apabila seorang melihat orang cacat lalu berkata (tanpa didengar oleh orang tadi) :“Alhamdulillah yang telah menyelamatkan aku dari apa yang diujikan Allah kepadanya dan melebihkan aku dengan kelebihan sempurna atas kebanyakan makhlukNya”, maka dia tidak akan terkena ujian seperti itu betapapun keadaannya.” (HR. Abu Dawud)
“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Tirmidzi)
“Sebaik-baik do’a adalah pada hari Arafat dan sebaik-baik yang aku ucapkan dan juga diucapkan oleh para nabi sebelum aku adalah ucapan:“Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ala kulli syaiin qodir.” (Tidak ada Tuhan kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nyalah segala kekuasaan dan pujian. Dan Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa) (HR. Ahmad)
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).(Dari artikel Memahami Syukur — Muslim.Or.Id by null)
Sedang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda:
“Setiap perbuatan baik yang tidak dimulai dengan memuji Allah, maka tidak sempurnalah perbuatan itu.” (HR. Abu Dawud)
Dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila anak seseorang meninggal dunia, maka Allah bertanya kepada malaikat-Nya:Kamu telah mencabut nyawa anak hamba-Ku? Para malaikat menjawab: Ya. Allah bertanya lagi:Kamu telah mencabut buah-hatinya? Para malaikat menjawab: Ya. Allah bertanya: Apakah yang diucapkan oleh hamba hamba-Ku? Para malaikat menjawab:Ia memuji-Mu dan mengucap Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun (Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah dan sesungguhnya akan kembali kepada-Nya).
Kemudian Allah Ta’ala berfirman:Bangunlah sebuah rumah di sorga untuk para hamba-Ku itu dan namailah Bait Al-Hamd.” (HR. Turmudzi)
“Jika memang ada suatu cara yang dapat ditiru dalam pengabdian (ibadah) kepada Allah bagi hamba-Nya, yang paling taat, yang lebih baik daripada bersyukur di setiap kesempatan, maka Allah akan menganggap cara pengabdian itu melebihi segala ciptaan yang lain. Karena sesungguhnya, tidak ada bentuk pengabdian yang lebih baik dari pada bersyukur di setiap kesempatan, Dia telah memilihnya menjadi bentuk pengabdian terunggul daripada bentuk-bentuk pengabdian yang lainnya.(Imam Ja’far Ash-shadiq ra.)
“Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, maka berarti berusaha untuk hilangnya nikmat itu. Dan siapa yang bersyukur atas nikmat berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat.” (Syeikh Ibnu Athaillah ra.)
“Syukur dengan lisan adalah nikmat yang besar. Manusia menanggung beban lebih besar ketika memperoleh nikmat dibanding ketika mengalami bencana. Bencana membutuhkan kesabaran, dan manusia mampu bersabar. Sedangkan kenikmatan perlu disyukuri, padahal Allah berfirman:
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]:13)
Tentang Syukur
http://belajarsyukur2012.files.wordpress.com/2012/03/simtuduror-1.jpg?w=500Syukur dengan lisan adalah nikmat yang besar. Manusia menanggung beban lebih besar ketika memperoleh nikmat dibanding ketika mengalami bencana. Bencana membutuhkan kesabaran, dan manusia mampu bersabar. Sedangkan kenikmatan perlu disyukuri, padahal Allah berfirman:
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]:13)
Ingatkah kita kisah Sayidina Ali kw dengan Sayidatuna Fatimaah. Pada malam pertama pernikahannya, Sayidina Ali kw berkata kepada Sayidatuna Fatimah, “Kita akan mensyukuri nikmat Allah ini.” Keduanya kemudian berdiri mengerjakan shalat malam. Begitu pula pada malam kedua dan malam-malam berikutnya. Setiap malam Sayidina Ali kw berkata, “Kita akan mensyukuri nikmat Allah ini.” Hingga akhirnya malaikat Jibril as datang menemui Nabi saw dan berkata,”Tolonglah menantumu dan putrimu.”
Begitu pula kisah lelaki shaleh (Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi – pen) yang selama 70 tahun setiap malam berkata kepada istrinya,”Kita akan memenuhi hak nikmat ini.” Lalu sepasang insan mulia itu shalat malam, padahal keduanya sedang saling menginginkan satu kepada yang lainnya.
“Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”(QS. Al-Mukminun[23]:61).
Barangsiapa bersegera, ia akan memperolehnya. Dan barangsiapa tertinggal, kapan ia akan sampai jika Allah tidak menolongnya dengan kendaraan yang baik, yakni kendaraan yang dapat menyusul orang-orang yang bersegera tadi. Namun, orang yang bersegera tidaklah mungkin dapat disusul jika ia juga memiliki kendaraan yang baik. (Kitab Majmu’ Kalamil Habib Ali Al-Habsyi, 1358 H)[]
Cara agar kita bisa tetap bersyukur disetiap waktu Kehidupan
Inspirasi Hidup, Tipssahabat.com – Seperti kita ketahui bahwa layaknya sebagai Manusia  pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya. Dan mungkin saja, anda juga pernah berpikir kalau hidup ini tidaklah adil untuk Anda. Tapi tahukah anda bila pikiran itu bisa berubah jika Anda berusaha bersyukur dengan setiap orang, objek, atau peristiwa yang Anda alami di dalam hidup ini. Yah, itu bisa kita lakukan demi kehidupan yang berbahagia.
Seperti dikutip Magforwomen, Berikut cara agar Anda bisa bersyukur sepanjang waktu :
1. Lihatlah sisi positif dari setiap situasi
Apa yang biasanya Anda lakukan ketika Anda menghadapi situasi yang sulit? Apakah Anda marah atau gelisah? Daripada bingung, cobalah melihat dari sisi positif di situasi lain.
Contohnya, jika Anda mendapat umpan balik yang buruk dari atasan di tempat kerja, lihatlah sisi positifnya. Anda bisa membaca umpan balik dari atasan Anda dan menentukan daerah yang bisa Anda tingkatkan.
Dengan cara ini, Anda bisa bersyukur di waktu berikutnya karena bisa memperbaiki kekurangan dan mendapatkan umpan balik yang lebih baik.
2. Melihat situasi buruk orang lain
Jika Anda mencoba melihat penderitaan orang lain, Anda langsung bersyukur dengan keadaan apapun.
Jika bos Anda memberi Anda waktu yang sulit, berpikir lah kalau situasi yang sedih dari orang-orang yang tak memiliki pekerjaan.
Jika pipa Anda rusak dan Anda merasa frustasi, berpikirlah banyak orang di dunia ini yang mati karena tak bisa minum.
Membandingkan dengan cara ekstrem seperti ini membuat Anda merasa bersyukur dengan situasi Anda sendiri, tak peduli seberapa buruk itu.
3. Pikirkan tentang bagaimana Anda bisa bertahan di masa sulit
Saat sedih, Anda akan langsung bersyukur jika Anda berpikir tentang masa terburuk yang ada di dalam hidup Anda dan Anda berhasil selamat.
Ini bisa dari pengalaman Anda putus hubungan, dipecat dari pekerjaan, atau kehilangan orang yang Anda cintai.
Berpikir tentang masa sulit bisa membuat Anda merasa lebih kuat dan membantu Anda merasa bersyukur saat ini.
4. Mencoba melihat kemurahan hati orang lain
Setiap saat dalam hidup Anda akan melibatkan interaksi dengan orang lain, termasuk teman-teman, mitra, rekan, keluarga, guru, dan rekan kerja. Cobalah melihat kemurahan hati dan kebaikan orang-orang.
Jangan berpikir tentang orang yang tidak baik dengan Anda, tapi berpikirlah tentang siapa yang telah melakukan kebaikan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri, melainkan karena Anda.
Berpikir tentang keindahan manusia lain bisa membuat merasa bersyukur untuk bertemu dengan orang seperti itu dalam hidup Anda.
5. Hidup tanpa yang Anda sukai dalam 24 jam
Anda mungkin tak menyadari seberapa ketergantungan Anda memiliki ponsel, mobil, laptop, AC, dan gadget atau peralatan yang digunakan setiap harinya. Anda bisa mengujinya dengan hidup tanpa salah satunya yang sering Anda gunakan dalam 24 jam.
Setelah hari berakhir, akan menyadari betapa beruntungnya Anda. Dan pada waktu berikutnya, Anda akan merasa bersyukur setiap kali menelepon atau menyalakan AC
BERSYUKUR ITU LEBIH BERAT DARI BERSABAR
     
Firman Allah SWT di dalam sebuah Hadis Qudsi yang menyebut mengenai sifat syukur, iaitu terjemahannya;

“Kalau Aku uji kamu dengan kesusahan, kamu tidak mahu bersabar, dan kalau Aku uji kamu dengan nikmat, kamu tidak mahu bersyukur, maka nyahlah kamu dari bumi dan langit Allah ini dan pergilah cari Tuhan yang lain.”

Kalau kita perhatikan hidup manusia ini dengan teliti, kita akan dapati bahawa manusia ini sedetik pun tidak terlepas dari diuji. Manusia diuji dengan ujian kesusahan ataupun ujian nikmat yang silih berganti datangnya. Kemudian manusia dituntut supaya bersabar dalam menerima kesusahan serta bersyukur dalam menerima nikmat. Jadi, pada hakikatnya, apa sahaja pergolakan dan perubahan yang berlaku dalam hidup manusia ini, ia hanya mempunyai dua sifat atau dua bentuk. Sama ada ia ujian kesusahan atau ujian nikmat. Atas kedua-dua bentuk ujian ini, hati kita perlu menerimanya dengan betul, iaitu bersabar apabila menerima kesusahan dan bersyukur apabila dikurniakan nikmat.

Di antara kedua-dua tuntutan ini, sekali imbas kita lihat, bersabar itu lebih susah dan lebih berat untuk dipraktikkan.Ini kerana dalam bersabar, hati manusia perlu melalui kesusahan, keresahan, tekanan dan penderitaan. Emosi, fikiran dan ketenangan jiwa terganggu. Kebahagiaan hilang. Bersyukur pula, pada sekali imbas, nampak lebih senang dan mudah kerana hati manusia berada dalam keadaan tenang dan gembira; tidak ada tekanan atau penderitaan.

Apakah ini benar? Adakah bersyukur itu lebih mudah dari bersabar? Kalau benar kenapa tidak ramai orang yang mampu bersyukur? Kenapakah orang-orang yang benar-benar bersyukur itu sedikit sekali bilangannya. Kenapakah Allah ada berfirman di dalam Al Quran:

Maksudnya:

“Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Surah As-Saba’: 13)


Bersyukur itu sebenarnya berperingkat-peringkat. Ramai orang, apabila mendapat nikmat, lantas mereka memuji Allah. Mereka ucapkan ‘Alhamdulillah’. Ini bersyukur cara biasa. Ramai yang boleh bersyukur dengan cara ini. Akan tetapi, kalau setakat ucapan sahaja, ia belum lagi dikira bersyukur yang sebenarnya. Kalau setakat ucapan sahaja, tetapi tuntutan tuntutan lain dalam bersyukur itu tidak dilaksanakan, maka ditakuti ucapan ‘Alhamdulillah’ itu hanyalah untuk mempermain- mainkan atau mempersendakan Allah sahaja.

Ramai juga orang, apabila menerima nikmat atau diselamatkan dari bala bencana, lantas mereka memuji Allah dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’. Di samping itu hati mereka benar-benar merasakan Allahlah yang telah memberi mereka nikmat itu, atau Allahlah yang telah menjauhkan mereka dari bala bencana tersebut. Mereka diberi pahala kerana merasakan syukur itu di dalam hati mereka. Ini bersyukur peringkat kedua.

Adapun syukur yang sebenar itu ialah syukur yang diucapkan oleh lidah, yang dirasakan atau ditasdikkah di dalam hati, dan yang dilaksanakan dalam perbuatan. Di samping mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dan di samping merasakan di hati bahawa Allahlah yang mengurniakan nikmat tersebut, nikmat itu mesti digunakan atau dikorbankan ke jalan Allah. Inilah hakikat kesyukuran yang sebenarnya.

Kalau kita kaya contohnya, kekayaan itu perlu digunakan ke jalan Allah untuk membantu fakir miskin, untuk jihad fisabilillah dan untuk kemaslahatan umat Islam keseluruhannya. Begitulah juga dengan segala bentuk nikmat Allah yang lain. Semuanya perlu dimanfaatkan ke jalan Allah untuk mendapat keredhaan-Nya.
Firman Allah :

Maksudnya: “Kalau kamu bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, Aku akan tambah lagi nikmat-nikmat-Ku. Tetapi kalau kamu kufur nikmat, ingatlah sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.” (Surah Ibrahim: 7)

Syukur seperti inilah yang Allah suka dan yang Allah mahu. Dia akan tambah lagi nikmat-Nya, untuk ‘cover’ balik apayang dikorbankan ke jalan Allah itu.

Justeru itu, kita dapati dalam bersyukur itu ada tugas, ada kerja dan ada tanggungjawabnya iaitu kita terpaksa mengguna dan mengorbankan segala nikmat yang Allah kurniakan itu ke jalan Allah. Nikmat Allah itu perlu ditadbir, diurus dan digunakan pada jalan yang betul. Amat mudah bagi manusia lupa diri dan menggunakan nikmat Allah itu kepada jalan yang sia-sia atau lebih berat lagi kepada jalan maksiat. Kalau ini berlaku maka nikmat itu akan bertukar menjadi bala dan mendapat laknat daripada Allah.

Dalam bersabar, kita tidak ada kerja atau tanggungjawab tambahan selain dari menahan perasaan. Tidak ada bahaya menyalahgunakan nikmat kurniaan Tuhan. Apa yang perlu hanyalah menjaga dan mendidik hati supaya dapat menerima ketentuan Allah itu dan berbaik sangka dengan-Nya.

Barulah kita faham kenapa Allah berfirman bahawa sedikit sekali hamba-hamba-Nya yang bersyukur kerana bersyukur itu sendiri bukanlah suatu perkara yang mudah.

Fahamlah kita sekarang, bersyukur itu rupanya lebih berat dari bersabar.

Hidup Bersyukur

Bacaan: II Korintus 4:15-18
Ayat yang sangat unik ini membicarakan kaitan yang begitu jelas antara kehidupan yang diselamatkan dengan pengucapan syukur. Jelas dalam bagian ini ucapan syukur bukanlah sekedar sesuatu yang menyertai kehidupan orang percaya, melainkan bahwa to certain extent, keselamatan dianugerahkan oleh Tuhan agar ucapan syukur semakin melimpah, di atas dunia yang berdosa ini. Menurut surat Roma, ingratitude (tidak tahu berterima kasih) adalah salah satu tanda kekafiran. Mereka yang hidupnya selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur sesungguhnya hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah.
Mengapa orang tidak bersyukur? Ada beberapa sebab: Pertama, dia tidak pernah puas dengan apa yang ada padanya. Hidupnya dikuasai oleh filsafat untung-rugi, suatu kehidupan yang berorientasi pada keuntungan pribadi, sehingga sulit bagi orang seperti ini untuk belajar bersyukur. Kedua, dia dijangkiti oleh penyakit mengasihani diri (self-pity). Setiap kesulitan yang dialaminya dalam hidup tidak membawa ke dalam proses pembentukan serta pendewasaan yang sehat, malah sebaliknya semakin menyatakan suatu kehidupan yang sangat mementingkan diri sendiri. Ketiga, dia lupa bahwa pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya telah dibuktikan pada masa-masa yang lampau. Dengan demikian ia tidak mengingat segala kebaikan Tuhan yang telah diterimanya. Keempat, hidupnya berorientasi pada solusi permasalahan dan bukannya pada pengenalan akan Allah. Dia baru bisa bersyukur setelah masalah yang dihadapinya sudah berlalu (namun masalahnya, manusia tidak pernah terlepas dari masalah!). Kelima, gagal mengaitkan setiap momen dengan penyertaan serta pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya. Ia lebih memikirkan kondisi hidup di sini dan sekarang, sehingga yang dilihatnya semata-mata adalah realita yang tanpa Tuhan (banyak orang percaya, pada saat-saat tertentu hidup tidak berbeda dengan orang ateis!). Keenam, keangkuhan hidup, yaitu memiliki tuntutan serta standard kehidupan yang terlalu tinggi sehingga hidupnya banyak diwarnai oleh kekecewaan karena ternyata ia tidak dapat memperoleh hal tersebut. Ketujuh, ia tidak sadar bahwa sebagai manusia yang berdosa, sesungguhnya tidak berhak untuk mendapatkan kebaikan apapun di dunia ini. Ketidak-tahuan diri ini merusak kepekaan rohaninya, sehingga segala kebaikan yang ia terima selalu ditanggapi dengan sikap taken for granted.
Kegagalan mengucap syukur ini akan membawa kepada kehidupan yang penuh dengan dukacita. Bukan dukacita menurut kehendak Tuhan, melainkan dukacita dunia yang membawa kepada kematian kekal. Dan karena tidak sanggup bersukacita, maka kehidupannya akan menjadi kehidupan yang dingin, tidak sanggup untuk mengasihi sesamanya. Kehidupannya semakin terarah kepada dirinya sendiri. Self-obsession, demikian Luther mengartikan dosa. Orang yang terus hanya melihat dirinya sendiri, sesungguhnya sudah mencicipi apa itu neraka. Kesendirian yang kekal, tidak ada yang mengasihi, tidak ada yang dapat dikasihi. Tanpa ucapan syukur, orang memang masih bisa memiliki suatu konsep akan keberadaan Allah, namun yang dimengerti di dalam pikirannya pasti adalah semacam allah yang tidak mahabaik. Gambaran Allah yang rusak ini pada akhirnya akan melumpuhkan kepenuhan hidup yang sejati, karena kualitas hidup sangat bergantung kepada pengenalan seseorang akan Allah yang sejati. Dan jika ketidak-mampuan untuk mengucap syukur ini terus berlanjut, orang itu akan begitu gampang untuk tidak lagi mempercayai adanya Allah. Dunia ini adalah dunia yang berdosa, penuh dengan kelaliman, ketika seseorang tidak lagi mendapati kebaikan yang dapat dihitungnya, ia akan sulit mempercayai Allah yang masih bertahta dalam segala kemahakuasaanNya. Pada akhirnya ia akan kehilangan pengharapan hidup.
Jika demikian, mereka yang belajar bersyukur adalah orang-orang yang memiliki pengharapan yang sesungguhnya. Bersyukur menimbulkan pengharapan, karena ketika kita mensyukuri kebaikan Tuhan pada waktu-waktu yang telah lewat, iman kita diteguhkan untuk berani memiliki keyakinan bahwa Ia tetap adalah Allah yang sama pada waktu-waktu yang akan datang, Ia akan tetap mengasihi dan memberkati kita. Orang yang tidak mengingat kebaikan Tuhan pada masa lampau, tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi hari depan, kecuali dia berjuang dengan kekuatannya sendiri, yang suatu saat akan terbukti sangat terbatas.
Bersyukur menyatakan kecukupan, bahkan kelimpahan hidup. Seseorang hanya mungkin bersyukur ketika ia menyadari bahwa apa yang diterimanya lebih daripada apa yang patut. Kehidupan yang terlatih seperti ini merupakan suatu kehidupan yang sangat bersifat receptive terhadap anugerah Tuhan (saya tidak mengatakan mereka yang tidak bersyukur tidak mungkin menerima anugerah Tuhan lagi, melainkan bahwa orang-orang seperti ini menerima bukan dengan sikap tangan yang terbuka. Mereka sendiri bahkan tidak sadar ketika pemberian itu telah mereka terima). Mungkin saja orang tersebut di hadapan banyak orang adalah orang yang sangat berkekurangan menurut standard dunia, namun sesungguhnya dengan hidupnya yang melimpah dengan ucapan syukur, ia kaya di hadapan Allah.
Dengan kelimpahan hidup, orang tersebut akan digerakkan untuk membagi-bagikan apa yang dia miliki kepada sesamanya. Inilah kelimpahan hidup yang sejati. Ketika kita enggan dan tidak lagi tertarik untuk melayani sesama kita, dapat dipastikan bahwa kehidupan kita tidak dipenuhi dengan ucapan syukur kepada Allah. Maka yang terjadi adalah kemiskinan hidup. Ucapan syukur sebenarnya hanyalah sebuah sikap dan bukan tindakan mengumpulkan bukan? Namun, ia memiliki kekuatan untuk melakukan pembacaan serta penilaian hidup yang lebih tepat, sebagaimana yang dilihat oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Allah, bukan oleh manusia, itulah yang benar. Berapa banyak orang yang mengejar kekayaan materi, akhirnya tetap miskin di hadapan Allah? Berapa banyak orang yang hampir dapat dikatakan memiliki segala sesuatu, namun hidupnya sungguh sangat memprihatinkan? Dunia yang berdosa menjanjikan kelimpahan hidup yang semu, bahkan palsu. Sebaliknya dengan sikap bersyukur manusia dicerahkan dari kebutaannya yang disebabkan oleh kegelapan dunia yang terus-menerus mengatakan bahwa kita kurang kaya.
Dengan membagi-bagikan apa yang ada padanya, ia akan semakin diberkati Tuhan. Mereka yang memberi, hidupnya tidak pernah kekurangan, karena Tuhan tidak pernah menuntut seseorang untuk memberikan apa yang tidak ada padanya. Setiap kali seseorang bersyukur ia masih akan melihat ada sesuatu yang dapat ia bagikan kepada sesamanya. Tuhan tidak akan menahan pemberianNya kepada orang tersebut karena ia tahu bagaimana menyalurkannya kepada orang lain. Seperti sebuah mata air yang terus mengalir, demikianlah orang yang hidupnya penuh dengan ucapan syukur.
Sukacita yang penuh akan melimpah di dalam hatinya, ia tidak berkekurangan (Mazmur 23 dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan I shall not want), maksudnya ia menikmati kepuasan dalam hidupnya. Lebih berbahagia mereka yang memberi daripada yang menerima, demikian dikatakan oleh firman Tuhan. Ketika ia selesai melayani, ia masih berada dalam kepenuhan, sebab apa yang diberikannya berasal dari kelimpahan hidup, bukan dari keadaan yang pas. Sukacita lahir dari pengertian yang dalam akan pemeliharan Allah Yang Mahabaik, melihat dengan jelas kehadiran tangan Tuhan Yang Mahamurah di dalam kehidupannya. Sukacita yang sejati selalu berkaitan dengan menikmati hadirat Tuhan, sementara sukacita yang dangkal (yang lebih tepat disebut sebagai kesenangan) sangat bergantung dan dikendalikan oleh mujur-tidaknya keadaan hidup. Kehadiran Tuhan saja cukup untuk menggerakkan hati memiliki sukacita yang dalam. Ketika seseorang bersyukur, ia bukan bersyukur kepada nasib, atau bahkan kepada manusia belaka (yang telah berbuat baik kepadanya, sekalipun ini adalah baik), namun ia terutama bersyukur kepada Allah, dengan demikian memelihara ketajaman pandangannya akan kehadiran Allah dalam hidupnya.
Ucapan syukur ini pada akhirnya membawa kemuliaan bagi Allah. Seseorang yang bersyukur, dalam pengertian yang sebenarnya, sedang mempermuliakan Allah. Di situ ia menyatakan Allah sebagai Allah yang sanggup mencukupi dan memelihara hidupnya, tidak menahan kebaikan untuk diberikan kepada anak-anakNya, dan mengerjakan segala sesuatu untuk demi kebaikan umat ciptaanNya. Bersyukur berarti memberitakan sifat-sifat Allah. Tidak bersyukur pun tidak akan merubah sifat-sifat Allah, namun ketika seseorang bersyukur, ia dipakai sebagai alat yang mulia untuk menyatakan kebenaran akan Allah (the truth of God), bahwa Allah tidak berdusta dan Ia menggenapi apa yang dikatakan dalam firmanNya. Orang yang bersyukur berada di pihak Allah.
Bersyukur juga menolong kita untuk menghadapi, bahkan melampaui keterikatan kondisi fisik yang semakin merosot hari demi hari. Berapa banyak orang tidak sanggup menghadapi kerusakan badani yang begitu nyata terjadi di sekeliling kita? Sebagian orang bahkan berusaha hidup melawan kodrat dengan terus mempercantik dirinya, sekalipun tidak ada lagi yang bisa dihiasi! Manusia memang memiliki natur tidak rela digeser oleh waktu, namun mementingkan kondisi fisik sebagai penyataan ketidak-relaan tersebut sungguh merupakan suatu hal yang sangat konyol. Paulus sebaliknya tidak menjadi gusar dengan hal tersebut, karena dia tahu dengan pasti bahwa manusia batiniahnya semakin dibaharui. Kekuatan ucapan syukur akan mengalihkan pandangan manusia memperhatikan apa yang tidak perlu dikuatirkan.
Bahkan penderitaan yang dialami pada saat sekarang, sekalipun sangat real dan bukan merupakan sebuah sandiwara, diimbangi dengan kepastian yang lebih besar akan kemuliaan kekal yang akan datang. Dengan kata lain, kehidupan yang bersyukur membawa kepada kesadaran eskatologis yang sangat kuat. Paulus tidak menjadi lelah dan tawar hati menjalani kehidupan yang seringkali diwarnai dengan kesulitan dan penderitaan ini, karena dia melihat sesuatu yang lebih besar daripada yang terjadi sekarang ini. Tanpa kepastian kemuliaan kekal ini, kehidupan akan terasa sangat melelahkan.
Terakhir, ucapan syukur membawa kita untuk melihat yang tidak kelihatan lebih daripada yang kelihatan, yang kekal daripada yang sementara. Yang kelihatan, meminjam istilah Kant, hanyalah merupakan die Welt der Erscheinung (the world of appearance), tidak mungkin menembusi wilayah esensi. Bahkan sang filsuf pun harus puas dengan apa yang sanggup diperoleh kekuatan rasio yang sangat terbatas. Yang kelihatan hanyalah phenoumena, bukan noumena. Dan yang sementara selalu ada dalam perubahan yang terus-menerus, tidak mungkin manusia berpijak dan meletakkan pengharapannya atas sesuatu yang seperti itu. Keadaan yang terus berubah, suatu problema tua yang tidak pernah berhasil diselesaikan oleh aliran philosophy of becoming maupun philosophy of being, namun yang secara sederhana dijawab oleh firman Tuhan: melampaui kesementaraan, menuju kepada kekekalan, melalui sikap bersyukur.
Kiranya Allah sumber segala berkat, memberikan kepada kita kehidupan yang semakin melimpah dengan ucapan syukur. Terpujilah Tuhan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar